Rasanya baru kemarin kita memulai, tak terasa, sekarang sudah berjalan
separuh. Tentu sebentar lagi pula, Ramadhan dengan segenap keindahan,
keberkahan, dan kemuliaannya akan meninggalkan kita. Bila umur kita panjang,
tahun depan atau 11 bulan lagi kita baru akan bertemu lagi dengan bulan
Ramadhan.
Ramadhan
Bulan Ampunan
Salah satu keistimewaan bulan
Ramadhan adalah Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk
membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal kita
melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak
melakukan dosa-dosa besar. Tentang hal ini, Nabi menyatakan:
Siapa saja yang berpuasa pada
bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. (HR Ahmad). Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke
Ramadhan menghapus dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (HR
Muslim).Saking bersihnya kita dari dosa, sekeluar kita dari Ramadhan, kuta
digambarkan bagaikan baru dilahirkan kembali oleh ibu kita. Siapa saja yang
berpuasa dan shalat malam (tarawih) karena iman dan ikhlas akan keluar dari
dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya. (HR Ibn Majah dan al-Baihaqi).
Begitu mudahkah Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita? Jawabnya, ya. Yakinlah,
Allah SWT pasti akan menerima tobat kita. Sesungguhnya Allah pasti menerima
tobat hamba-Nya selama belum mengalami sakratulmaut. (HR at-Tirmidzi).
Bahkan dalam hadis yang lain
dijelaskan bahwa Allah SWT sesungguhnya sangat bergembira menyaksikan hambanya
yang-meski berlumuran dosa-datang untuk bertobat lebih bergembira dibandingkan
dengan orang yang dalam perjalanan di padang pasir menemukan kembali ontanya
yang penuh perbekalan, yang sebelumnya hilang. Muslim yang baik bukanlah orang
yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi
tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu
dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus
menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan
kesalahan adalah yang bersegera bertobat. Setiap manusia berbuat kesalahan dan
sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat. (HR
Ad-Darimi).
Jadi, sudahkan Anda bertobat?
Alhamdulillah bila sudah. Salah satu syarat tobat kita diterima Allah adalah,
seperti dalam ayat di atas, kita berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan itu.
Di sinilah peran penting puasa yang disebut Nabi bagaikan benteng untuk kita
tidak melakukan kesalahan. Puasa
bagaikan benteng (yang mencegah perbuatan keji dan mungkar). (HR al-Bukhari).
Kemuliaan Ramadhan
Ramadhan memang bulan mulia. Di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dalam bulan
Ramadhan pula diturunkan al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia, penjelas dan
pembeda antara yang haq dan yang batil. Bulan Ramadhan yang di dalamnya
diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas dari petunjuk itu,
dan pembeda. (QS al-Baqarah [2]: 185).
Begitu banyak pujian Allah untuk
bulan Ramadhan dan keistimewaan yang diberikan Allah untuk orang-orang yang
berpuasa. Berbeda dengan ibadah yang lain, puasa dinyatakan untuk Allah
sendiri: Setiap amal manusia untuknya kecuali puasa. Puasa untuk-Ku dan Aku
yang akan membelasnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan dikatakan, bau mulut orang
yang berpuasa (dan itu wajar karena seharian tidak kemasukan makanan atau
minuman) ternyata pada sisi Allah lebih harum daripada bau minyak kesturi. Sungguh,
demi Zat yang jiwa Muhammad berada dal;am genggaman-Nya, bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah pada Hari Kiamat darpada wangi minyak
kesturi. (HR Muslim)
Dalam bulan Ramadhan, Allah yang
Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi. Dilipatkangandakan-Nya perhitungan
pahala orang yang berbuat kebajikan. Siapa saja yang melakukan ibadah sunnah
dihitung melakukan kewajiban dan yang melakukan kewajiban dilipatkangandakan
pahalanya 70 kali dibandingkan dengan melakukan kewajiban di luar bulan
Ramadhan. Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kebajikan
(sunnah), dinilai sama melakukan fardhu di bulan lain. Siapa saja yang
melakukan fardhu, dinilai 70 kali melakukan fardhu di bulan lain. (HR Ibn
Khuzaimah).
Bahkan Allah juga akan menambah rezeki orang-orang beriman di bulan puasa ini.
Bahkan Allah juga akan menambah rezeki orang-orang beriman di bulan puasa ini.
Sesungguhnya engkau akan dinaungi
bulan yang senantiasa besar lagi penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada suatu
malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan adalah bulan sabar dan
sabar pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan pemberian pertolongan dan bulan
Allah menambah rezeki orang Mukmin. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dikatakan juga bahwa puasa
memberikan kebahagiaan kepada yang melakukan, yakni ketika berbuka dan ketika
bertemu Allah SWT kelak.
Untuk orang yang berpuasa ada dua
kebahagiaan: ketika berbuka, ia senang dengan bukanya; ketika berjumpa dengan
Allah kelak, ia senang dengan puasanya. (HR Muslim).Benar sekali. Sepanjang hidup
kita, tak terhitung sudah kita makan berbagai makanan. Akan tetapi, mengapa
setiap berbuka, kita merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan lega, syukur,
nikmat dan bahagia yang tak terkatakan. Semua itu tentu hanya bisa dirasakan
oleh orang yang menjalankan puasa. Tidak aneh, saat berbuka adalah waktu yang
ditunggu-tunggu oleh siapapun yang berpuasa.
Tentang kebahagiaan kedua, yakni
saat bertemu dengan Allah, Nabi menyatakan bahwa puasa akan memberikan syafaat
(pertolongan) kepada yang melakukannya dan menghindarkannya dari jilatan api
neraka.Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat pada Hari Kiamat. Berkata Puasa,
“Ya Tuhan, Engkau larang hamba-Mu makan dan memuaskan syahwat pada siang hari,
dan sekarang ia meminta syafaat padaku karena itu.” (HR Ahmad).
Tidak berpuasa seorang manusia
satu hari dalam jihad fi sabilillah kecuali dengan itu Allah menghindarkan
dirinya dari neraka selama tujuh puluh tahun. (HR al-Bukhari dan Muslim). Tentang
indahnya bulan Ramadhan, Nabi yang mulia mengatakan: Seandainya manusia
mengetahui kebaikan-kebaikan bulan Ramadhan, niscaya mereka mengharapkan
sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan. (HR Ibn Abi Dunya). Bagaimana dengan
kita, apakah juga mengharapkan sepanjang tahun menjadi bulan Ramadhan?
Dapat
Apa?
Pertanyaan penting setelah kita
melaksanakan puasa Ramadhan sekian hari lamanya adalah, apa yang sudah kita
dapatkan dari puasa kali ini? Jawabannya tentu berpulang pada bagaimana kita
memaknai puasa Ramadhan itu sendiri. Bila puasa dimaknai sekadar tidak makan
dan minum serta tidak melakukan yang membatalkan puasa, tentu hanya itu pula
yang bakal didapat. Puasa memang merupakan ibadah dalam bentuk tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman serta tidak melakukan hal yang membatalkan
puasa pada siang hari Ramadhan. Itu betul. Akan tetapi, Nabi sendiri
menyatakan:
Bukanlah puasa dari sekadar
menahan makan dan minum tapi puasa yang sesungguhnya adalah menahan dari laghwu
dan rafats. (HR Ibn Khuzaimah). Itu menunjukkan bahwa ada makna yang lebih
dalam dari sekadar menahan lapar dan dahaga. Selama puasa, kita dilarang makan
dan minum serta berhubungan seksual dengan istri atau suami kita. Padahal,
makanan dan minuman itu halal, serta suami atau istri pun juga halal. Ternyata,
dengan tekad dan kemauan yang besar, kita bisa. Nah, bila untuk menjauhi yang
halal saja bisa, mestinya dengan tekad yang sama, semua perkara yang haram,
lebih bisa lagi kita ditinggalkan. Puasa Ramadhan memang adalah bulan riyâdhah
(latihan) untuk meningkatkan kemauan kita untuk taat kepada aturan Allah. Bila
berhasil, kelak di penghujung bulan Ramadhan kita benar-benar bisa disebut
muttaqîn (orang yang bertakwa), yakni orang yang mempunyai kemauan yang kuat
untuk senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Artinya, semestinya pada bulan lain setelah Ramadhan, kita menjadi lebih taat
kepada syariat-Nya Lalu, mengapa kenyataannya tidak demikian? Tetap saja,
kemaksiatan terjadi di mana-mana. Karena negeri ini rakyatnya mayoritas Muslim,
pelaku kejahatan juga tentu kebanyakan Muslim. Pelacuran dan perjudian marak di
mana-mana; pornografi dan pornoaksi tetap saja terjadi; korupsi makin
menjadi-jadi; dan sebagainya. Jika demikian, mana pengaruh puasa yang setiap
tahun dilaksanakan? Kita ternyata memang selama ini kurang peduli terhadap
esensi ibadah. Shalat rajin, maksiat juga rajin. Haji ditunaikan, korupsi
digalakkan. Bacaan al-Quran dilombakan, tetapi ajarannya dilecehkan. Benarlah
kata Nabi: Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar
dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa
kecuali begadangnya saja. (HR Ibn Majah).
Mau sampai kapan kita begini
terus? Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami sangat senang jika anda meninggalkan komentar di sini, mohon maaf tidak diperkenankan komentar sebagai Anonym. login terlebih dahulu menggunakan akun google anda sebelum memberikan komentar